Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Balo: Dari Terekel Nekad Hingga ke Pelaminan


Warta Industri | PURWAKARTA –
Bermula dari iseng-iseng, kini pengurus Paguyuban Terekel Nekad, Haryadi mengakhiri masa lajangnya di Kampung Cileuweung RT 14 RW 07 Desa Bojong Timur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta, Minggu (14/3/2021).

 

Paguyuban Terekel Nekad mulanya adalah grup pencinta alam, yang berdiri dari kebersamaan para alumni Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Bojong, Purwakarta sekitar enam tahun lalu.

 

Anak-anak muda yang berasal dari tutugan Gunung Burangrang itu, kerap mendaki Gunung Burangrang. Itulah sebabnya dinamai “terekel” dalam bahasa Sunda, yang berarti “naik”. Diembel-embeli kata “nekad” karena hanya bermodalkan tekad dengan alat seadanya.

 

Kini Paguyuban Terekel Nekad kian mekar, tak sekadar “tataekan” ke gunung, namun juga berkiprah di bidang lainnya, terutama bisang sosial kemasyarakatan. Dan lebih fokus ke pemberdayaan sumberdaya manusia (SDM) lokal, seperti membangkitkan rasa kebersamaan lokal.

 

Keberadaanya pun kini sudah terdaftar di Kemenkumham.

.

“Sekarang anggotanya juga tak hanya alumni SMKN 1 Bojong, dari golongan masyarakat lain juga banyak. Juga tak hanya dari Kecamatan Bojong, dari luar juga ada,” kata Ketua Paguyuban Terekel Nekad, Dedi Supriadi Cakrabuana.

 

Sementara Haryadi, yang akrab dipanggil Balo menikahi Neneng, setelah mengalami penundaan. Hari bahagia bagi keduanya akhirnya pun tiba. Keduanya melangsungkan pernikahan di rumah orang tua Neneng.

 

Balo tampak sangat bahagia dengan balutan jas  warna hitam, begitu juga dengan Neneng  yang mengenakan kebaya berwarna Putih.

 

Balo menikahi Neneng dengan mas kawin berupa seperangkat alat salat dan mas lima gram.

 

"Saya terima dan kawinnya Neneng Sulastri binti Sadri Assairi dengan maskawin tersebut, tunai," ucapnya dengan lantang dalam satu tarikan napas yang begitu meyakinkan.

 

Setelah dinyatakan sah menjadi suami istri, doa dilantunkan untuk kedua mempelai. Sebagai ungkapan bahagia, Balo  pun memeluk Neneng. Lantas Neneng dan Haryadi mempraktikkan gaya jabat tangan khas mereka berdua.

 

“Ini adalah suatu kebahagiaan bagi kami, karena salah satu pengurus Paguyuban Terekel Nekad telah melangsungkan akad nikah,” kata Dedi Supriadi Cakrabuana.

 

Menurut Dedi, mereka telah berjuang bersama sekitar enam tahun dalam bingkai Paguyuban Terekel Nekad telah.

 

“Sebagai saksi hidup dari perjalanan, saya turut larut dalam suka cita yang mendalam untuk salah satu rekan Terekel Nekad yang telah berjuang bersama dari nol sampai saat ini," pungkas Dedi.

 

Sementara Sekjen Terekel Nekad, Egi Wildan Adithia, mengatakan pernikahan Balo dan Neneng bermula dari ketidaksengejaan mengenalkan satu sahabat ke sahabat lain yang sama-sama tidak memiliki pasangan.

 

Kemudian berlanjut dengan proses saling mengenal satu sama lain sampai akhirnya tiba ke jenjang yang lebih serius.

 

“Bahkan saya tidak menyangka dari hanya sekadar keisengan bisa sampai sejauh ini. Bisa dikatakan saya adalah saksi hidup kisah cinta mereka berdua," ujar  Egi.

 

Kepala Desa Bojong Timur, Dedi Junaedi, mengatakan Balo telah mengubah status dari lajang menjadi seorang suami adalah proses menjalani takdir sebagai seorang lelaki sesungguhnya.

 

“Jalan tak akan selalu mudah, tapi itu  yang membuat perjalanan mahligai rumah tangga semakin bermakna,” kata Dedi.

 

"Jadikan pernikahan yg pertama dan terakhir,  dan selamat menjadi pemimpin dalam keluarga dan menjadi imam yang istiqomah dalam keluarga. Happy wedding buat ananda berdua," pungkasnya

 

Ucapan doa dan selamat pun mengalir deras untuk keduanya.

 

"Selamat, selamat Kang Haryadi dan Neneng. Semga langgeng bahagia selalu,” kata Bendahara Terekel Nekad, Dede Beling.

 

"Alhamdulillah, semoga samawa sampai akhir hayat. Amin," tambah yang lainnya.

 (Dedi/Dayat Iskandar)

Post a Comment for "Kisah Balo: Dari Terekel Nekad Hingga ke Pelaminan"