Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lupakan Gelar Juara, PSSI Sebaiknya Fokus Bangun Fondasi Timnas


Frans, dan mantan pemain Galatama.
Catatan Pojok Sepakbola:

JAKARTA: Usai membawa Timnas berlaga di AFF Cup 2020, Shin Tae-yong kini disibukkan dengan sejumlah agenda Timnas. Dalam waktu dekat ada kejuaraan AFF U-23 yang akan digelar di Kamboja 14-29 Februari 2022.

Disamping itu ada FIFA match day Maret 2022. Yunani dan Kroasia sudah diagendakan menjadi lawan Timnas. Jika ke dua negara ini bisa direalisasikan menjadi lawan Timnas tentu akan menjadi pertandingan yang menarik.

Yunani saat ini menduduki peringkat 55 FIFA sedangkan Kroasia dipeingkat 15. Sebelum laga match day Maret, PSSI berencana melakukan match day di Bali pada akhir Januari 2022, lawan yang akan dipersiapkan adalah Bangladesh dan Brunei Darusalam. 

Laga match day diperlukan disamping untuk memperbaiki ranking FIFA, sangat baik untuk memberikan jam terbang bagi Garuda Muda.

Dengan membawa pemain muda ke AFF Cup 2020, diluar dugaan Timnas yang bermaterikan sebagian besar pemain muda bisa menembus partai puncak, meskipun hanya finish di runner up.

Pencapaian yang tidak jelek, namun kita punya keuntungan dari skuad Timnas itu. Pelatih asal Korea Selatan itu setidaknya bisa menggunakan setidaknya 8 nama sebagai kerangka tim untuk kembali berlaga di ajang AFF Cup U-23 mendatang.


Mantan Pemain Galatama dan Sekjen Media Independen Online Indonesia (MIO INDONESA)
Jadwal yang mepet, PSSI berharap coach Shin Tae-yong bergerak cepat untuk mempersiapkan Garuda Muda menuju Kamboja. 

Bicara AFF Cup U-23 sebaiknya jangan terlalu dibebankan target kepada garuda Muda dan Shin Tae-yong, walupun kita hadir sebagai juara bertahan. 

Beban yang harus diemban Shin Tae-yong adalah menaikan kualitas Timnas, membangun karakter sepakbola Indonesia termasuk membentuk fondasi tim untuk 3 tahun ke depan. Cukup beralasan jika dia membangun tim dengan kekuatan talenta-talenta muda.
Juara dilevel U-19 atau U-23 bukan jadi jaminan, yang kita butuhkan Timnas senior. FIFA hanya melihat Timnas senior, sebagai parameter.

Menaikan kualitas Timnas, tentu bukan pekerjaan mudah.Kurun waktu  2 hingga 3 tahun bukan waktu yang ideal kalau tidak didukung dengan kompetisi yang baik. 

Federasi perlu membenahi kompetisi Liga, pemain muda perlu rekam jejak berkompetisi, mereka harus dibiasakan memulai dari kompetisi kelompok umur, sehingga layak bermain di Liga 1 yang akan menjadi ajang pembuktian pemain. 

Menurut Rene Alberts pelatih Persib Bandung, Liga Indonesia satu dari Liga terunik di dunia, mungkin satu-satunya di dunia yang sebagian besar pelatih diganti saat paruh waktu kompetisi.

Bisa dimaklumi karena semua target juara, walaupun dengan cara instant. Pada hal pelatih sehebat Pep Guardiola, jika disuruh menangani tim Liga 1 mungkin nyerah, karena materi pemain yang disodorkan lahir dari proses karbitan. 


Bayangkan seorang pemain dalam kurun waktu yang bersamaan bisa main di 2 level kompetisi berbeda. Selesai Liga 2, pemain dengan sekejab bisa main di lanjutan Liga 1. Ada juga pemain di Liga 2 setealah Klubnya tidak masuk  babak 8 besar, bisa main lagi di 8 besar dengan Klub lainnya. 

Macam Liga antar Kampung (Tarkam) lalu out putnya apa jika Klub hanya berpikir instan untuk meraih tropy di kompetisi ? Disini dulu kita benahi baru Shin Tae-yong bisa berbuat banyak. 

Belum lagi dari sisi kepemilikan klub, harusnya ada regulasi pembatasan, jangan satu orang bisa memiliki lebih dari satu klub di Liga 1 hingga Liga 2. Jika ini tidak dibatasi kedepan bisa saja terjadi sepakbola gajah seperti di era Perserikatan dan Galatama. 

Banyak pelatih lokal bersusah payah mengambil lisensi, setelah itu ngnggur karena mereka yang usai meng-up great lisensinya tidak dapat kesempatan melatih di Klub Liga 1 atau 2. 

Untuk menghindari kevakuman terpaksa turun gunung melatih di Klub Liga 3 dengan keterpaksaan demi dapur agar bisa ngepul. Peran asosiasi pelatih sepertinya mandul, hanya mengejar uang, pelatih diminta up grate lisensi dengan membayar hingga ratusan juta, setelah itu nganggur. 

Hampir semua Klub Liga 1 diisi pelatih asing, pada hal sumber daya kita banyak yang mumpuni. 

Banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi oleh federasi, pengurus saat ini sebaiknya jangan dulu bicara juara untuk dua tahun kedepan, manfaatkan kehadiran Shin Tae-yong untuk membuat fondasi Timnas, baru kita bicara target AFF Cup  atau  Asia Cup. 

Selama bebrapa periode kepengurusan PSSI kita sering diberi angin surga dengan program andalannya, tertarik pada harapan baru, bosan lagi, ada harapan baru lagi, begitu seterusnya entah sampai kapan. 

Berikan kesempatan 5 tahun bagi Shin Tae-yong membangun fondasi Timnas, benahi kompetisi jika kita mau bicara di level Asia.

Penulis : Mantan Pemain Galatama dan Sekjen Media Independen Online Indonesia (MIO INDONESA)

Post a Comment for "Lupakan Gelar Juara, PSSI Sebaiknya Fokus Bangun Fondasi Timnas "